Wednesday, March 31, 2010

Djarum Online Score, Sebuah Inovasi Bagi Bangsa

Rabu, 31/03/2010 | 10:05 WIB

Perbulutangkisan Indonesia akan segera memasuki babak baru dengan peluncuran Djarum Online Score. Sebuah inovasi teknologi yang diharapkan mendukung peningkatan kualitas Djarum Sirkuit Nasional Bulutangkis. Djarum Online Score akan memanjakan penikmat bulutangkis dengan tampilan poin-poin pertandingan secara real time. Djarum Online Score yang diakses melalui situs www.djarumsuper.com dilengkapi dengan pilihan pertandingan dari beberapa lapangan yang sedang bertanding. Pengakses juga dapat melihat posisi pemain yang sedang bertanding dan durasi setiap pertandingan. "Inovasi ini memudahkan orang menikmati pertandingan dan menunjukkan kepada dunia bahwa Indonesia mempunyai kompetisi yang baik dengan dilengkapi fasilitas pendukung seperti turnamen super series," ungkap Roland Halim dari PT. Djarum dalam jumpa pers yang berlangsung kemarin (30/3). Sambutan positif juga datang dari kalangan atlet bulutangkis seperti Rendra Wijaya. "Keluarga atlet bisa cepat lebih tahu hasil pertandingan," tutur adik kandung pemegang emas Olimpiade, Chandra Wijaya ini.



Djarum Sirkuit Nasional

Djarum sirkuit nasional melakukan peningkatan lainnya dengan menaikkan hadiah dengan nilai total minimal Rp. 165 juta dibandingkan tahun lalu Rp. 150 juta. "Dengan hadiah besar terutama di kelompok dewasa diharapkan para pemain yunior terpacu naik ke kelas Dewasa. Ini juga sebagai upaya minimalisasi pencurian umur," ulas mantan pebulutangkis nasional, Fung Permadi. Perubahan lainnya berupa peningkatan poin untuk kategori dewasa dari 1.700 poin menjadi 2.500 poin, kategori taruna dari 900 poin menjadi 1.200 poin dan kategori remaja dari 400 poin menjadi 600 poin. Djarum dan PBSI juga menambah frekuensi pertandingan dari delapan seri tahun lalu menjadi sembilan seri. Kota-kota yang disinggahi Djarum Sirkuit Nasional 2010 adalah Balikpapan, Manado, Pekan Baru, Jakarta, Bandung, Tegal, Bali, Surabaya dan Batam. "Sirnas menjangkau daerah-daerah luar Jawa dengan harapan terjadi pemerataan prestasi dan munculnya bibit-bibit baru dari berbagai daerah," tutur Sekjen PBSI, Jacob Rusdianto.



Tahun ini Djarum Sirnas mengambil tema "Melanjutkan Tradisi Juara" dengan haarpan meningkatnya kemampuan atlet junior melanjutkan tradisi juara dunia dan medali emas Olimpiade untuk mengharumkan nama bangsa. "Djarum bersama elemen lainnya ingin membantu regenerasi bulutangkis Indonesia," ungkap Roland Halim. Dengan Djarum Sirnas ini diharapkan munculnya generasi-generasi baru yang akan menjadi bibit-bibit potensial bulutangkis Indonesia dimasa mendatang dan berujung dengan kejayaan bulutangkis Indonesia. (HK)


Sumber : http://www.pbdjarum.com/news/view/480


Player of The Month (Maret 2010)

Kevin Sanjaya : Mencatat Prestasi di Dua Nomor

Kevin Sanjaya merupakan pemain yang menarik untuk diulas prestasinya selama bulan Maret ini. Prestasi yang ditorehnya melaju ke final dinomor dua nomor sekaligus yakni ganda remaja putra dan ganda campuran remaja pada sirkuit nasional (Sirnas) yang berlangsung di Manado 2-6 Maret lalu. Dari kedua nomor tersebut, Kevin berhasil meraih gelar juara nomor ganda campuran berpasangan dengan Febriani Endar Kusumawati. Perjalanan menuju juara dimulai dengan mendapatkan bye dibabak pertama yang disusul dengan mengalahkan pasangan Pusdiklat Balik Papan, Aswin/Winda 21-18, 21-7. Berikutnya dibabak perempatfinal Kevin/Febriani menundukkan Reva Kuron/Injilia Rumambi (PB Panter/PB Elang Putih Sulut) 21-6, 21-6. Pertarungan ketat terjadi dibabak semifinal ketika menghadapi pasangan Fajar Kusuma/Meirisa Cindy (JRJ/JRSN) yang dimenangkan Kevin/Febriani dengan 21-19, 14-21 dan 21-14. Puncaknya pasangan PB Djarum ini mengenggam gelar juara setelah menundukkan Abd. Muin/Nadya Aulia (Pusdiklat Balikpapan/Banda Baru Batam) 22-20 dan 21-19.



"Perasaan saya senang dengan gelar juara ganda campuran tapi juga sedikit kecewa karena di ganda putra saya cuma bisa jadi runner-up. Saya gagal mengambil dua gelar sekaligus," tutur Kevin. Ungkapan tersebut mengacu dengan kekalahan Kevin yang berpasangan dengan Arya Maulana dari unggulan utama, Fikri Iksandi/Rico Hamdani (Tangkas Alfamart) dengan skor 22-24 dan 24-26. Namun sebelumnya di semifinal Kevin/Arya yang diunggulkan ditempat ketiga menghempaskan unggulan kedua Fajar Kusuma/Galih Pangestu (JRJ) dengan 21-17, 21-11. Bagi Kevin bermain rangkap tidak membuatnya harus memfokuskan pada salah satu nomor. "Kalau diijinkan pelatih, saya ingin memprioritaskan dua-duanya, ganda putra dan ganda campuran." Sedangkan untuk nomor tunggal sudah tidak menjadi harapannya. "Terlalu capek kalau saya harus main merangkap di tiga nomor sekaligus," tutur Kevin. Apalagi mengacu pada Sirnas Balikpapan bulan Februari lalu dimana ia diterjunkan dinomor tunggal putra dan ganda putra. Walaupun hasil dinomor tunggal, ia berhasil menembus delapan besar sebelum kalah dari unggulan ke-3 Fajar Kusuma (JRJ) dengan 21-15, 19-21 dan 14-21 tetapi masih kalah mengkilap dengan capaian dinomor ganda putra dimana ia meraih gelar juara. Kevin yang saat itu berpasangan dengan Kenny Putra menumbang pasangan klub Aufa, M. Alvian/Tegar di final dengan 21-16, 19-21 dan 25-23. Prestasi mengkilap dengan pasangan yang berbeda telah menunjukkan kualitasnya dalam beradaptasi dengan siapapun pasangannya. "Mengenai pasangan tetap, saya belum tahu. Masih ada kemungkinan diganti-ganti lagi. Itu yang menentukkan pelatih."

Kevin  (berdiri) berpasangan dengan Kenny

Berawal dari Hobby

Kevin memulai karirnya sebagai pebulutangkis berawal dari kesukaannya main bulutangkis sejak kecil. "Dari hobby lama-lama memutuskan benar-benar serius dengan dukungan orang tua", cerita pemain kelahiran Banyuwangi, 2 Agustus 1995 tersebut. Kemudian Kevin mencoba untuk masuk ke klub Djarum dengan perjuangan yang tidak mudah. "Saya masuk klub Djarum sangat susah. Seleksi satu kali tidak diterima. Setahun kemudian ikut lagi baru diterima di Djarum Kudus untuk nomor tunggal. Setelah dua tahun akhirnya saya berpindah ke nomor ganda dan berlatih di Jakarta sampai sekarang", kenang Kevin.



Selanjutnya Kevin akan kembali turun gelanggang pada Sirnas Pekan Baru yang berlangsung tanggal 13-17 April. "Target saya di Pekan Baru adalah menjuarai dua nomor sekaligus ganda putra dan ganda campuran," tutur Kevin dengan optimis. Usaha keras dan tekad yang dimiliki Kevin bukan tidak mungkin dia merupakan andalan bulutangkis Indonesia di masa depan. (HK)

Sumber : http://www.pbdjarum.com/playermonth/view/6


Monday, March 29, 2010

Felix Kinalsal : Menapaki Kelompok Taruna

Senin, 29/03/2010 | 11:16 WIB


Para pemain PB Djarum kembali turun gelanggang dalam turnamen Djarum Arena Open di Cirebon yang berlangsung 30 Maret – 3 April. Salah seorang pemain muda yang diturunkan adalah Felix Kinalsal. Ia akan turun dinomor ganda taruna putra bersama Edy Subaktiar dan ganda campuran taruna yang berpasangan dengan Melati Daeva Oktaviani. “Persiapan sudah maksimal. Tinggal bagaimana di lapangan saja,” tutur Felix menjelang turnamen tersebut. “Saya bermain bagus dulu karena saya masih taruna awal, tapi bukan berarti saya bermain tidak maksimal. Saya akan berjuang sebaik mungkin” jawab Felix ketika ditanya tentang targetnya. Bagi Felix, tahun ini merupakan tahun perjuangan berat karena baru berpindah ke kelompok taruna setelah tahun lalu masih bermain di kelompok umur remaja.


Prestasi Felix mencuat dalam dua tahun terakhir sejak bergabung dengan PB Djarum tahun 2008. Felix yang ketika itu masih bermain dinomor ganda remaja putra berhasil menembus babak akhir dalam beberapa turnamen yang diikutinya. Mulai dari finalis Sirkit Nasional (Sirnas) Kalimantan 2009 berpasangan dengan Bagus Hariyanto. Berlanjut dengan masuk final turnamen Chandra Wijaya Men’s Double Championships dan Djarum Arena Open masih dengan pasangan yang sama. Felix sempat menjadi langganan runner-up setelah kembali menjadi juara kedua pada PMS Solo Open berpasangan dengan Kenny Putra Aviancy dan Astec Open bersama Arya maulana.

Setelah lima kali menjadi runner-up sepanjang tahun 2009, akhirnya gelar juara itu berhasil digengamnya dalam dua Sirnas berturut-turut di penghujung tahun 2009. Felix yang berpasangan dengan Edi Subaktiar memenangkan Sirnas Sumatera di Medan dan Sirnas Makasar. “Kemenangan di Medan merupakan yang paling berkesan karena pertama kali juara Sirnas. Selain itu saya ditonton sama kakek, nenek, paman dan semua saudara yang tinggal di Medan. Dan disitu juga saya bermain seru di partai finalnya,” cerita Felix.



Perjalanan Felix menjadi pemain kelas dunia masih panjang. Ia harus terus berlatih keras memperbaiki kualitas permainannya. “Latihan penempatan bola di depan dan untuk bola belakang yang harus diperbaiki adalah kesalahan sendiri,” tutur Felix mengevaluasi permainannya. Felix juga selalu bersemangat melahap petunjuk-petunjuk dari pelatih-pelatihnya. Felix juga mengagumi para pelatihnya seperti Lukas dan Sigit Budiarto. “Koh Lukas pintar ngatur bola. Permainannya datar yang kuat dan konsentrasi yang tinggi. Sedangkan mas Sigit, permainannya di depan bagus dan cepat serta pertahannya kuat dan terarah.”.



Bermula Dari Orang Tua

Felix Kinalsal mengawali karir semakin pebulutangkis sejak umur 8 tahun. Ini bermula dari keinginan orang tua Felix untuk mencarikan kegiatan luar sekolah yang positif buat anaknya. Felix kecil kemudian belajar olahraga renang di sebuah kolam renang di kawasan Bogor. Belum sampai setahun, sang pelatih renang melanjutkan studinya sehingga latihan Felix terhenti. Atas saran seorang teman orang tua-nya, Felix dimasukkan klub bulutangkis. Bak gayung bersambut, ternyata Felix sangat menyukai olahraga tepok bulu ini.



Felix yang kelahiran Jakarta 3 Februari 1994 ini mulai menunjukkan perkembangan dalam permainan bulutangkis. Pada tahun 2005, Felix bersama adiknya Vincent berhasil menjadi runner up kejuaraan Milo Open wilayah Bogor nomor Kelompok Beregu Putra tingkat SD. Prestasinya meningkat setahun kemudian pada turnamen yang sama dengan menjadi juara tunggal putra pada nomor Kelompok Perorangan tingkat SD. Disamping itu Felix juga menjadi finalis nomor ganda putra bersama Edward. Prestasi lain yang diraihnya juara Kejurcap Bogor 2007 berpasangan dengan Chandra dan Kejurcab Bogor 2008 dengan pasangannya Angga.



Setapak demi setapak, Felix menekuni karirnya sebagai pebulutangkis cilik. Akhirnya ia dilirik klub yang banyak melahirkan bintang bulutangkis Indonesia yakni PB Djarum. Bersama klub ini prestasi besar telah diperlihatkan Felix. Semoga prestasi Felix semakin meningkat sampai ke level yang tertinggi (HK)

Sumber : http://www.pbdjarum.com/news/view/475


Saturday, March 27, 2010

Lima Pemain PB Djarum Terpilih Masuk Pelatnas


Sabtu, 27/03/2010 | 14:13 WIB


Lima pebulutangkis PB Djarum terpilih menjadi anggota Pelatnas Pratama yang merupakan hasil dari Seleksi Nasional (Seleknas) yang telah berlangsung 23 Februari - 3 Maret lalu. Kelima pemain tersebut merupakan pemain spesialis ganda yang terdiri dari empat atlet putra yakni Muhammad Ulinnuha, Berry Angriawan, Rahmat Adianto dan Andrei Adistia serta satu atlet putri, Jenna Gozali. Bersama kelima pemain Djarum juga terpilih tujuh pemain lainnya yang terdiri dari Ery Oktaviani dan Agripina Prima dari DKI Jaya Raya, Febrian Irvannaldy dan Riky Widianto (Wima Surabaya), Ricky Karanda (Mutiara Bandung), Fernaldi Marcus (Tangkas Alfamart), dan Variela Aprilsasi (Suryanaga).



Pemain putri Djarum, Jenna Gozali mengaku senang bisa terpilih dalam skuat Pelatnas. "Harapan saya dengan masuk pelatnas, saya bisa berprestasi lebih baik lagi dan menjadi penerus para senior," tutur Jenna. Prestasi Jenna terbilang menanjak dalam setahun terakhir diantaranya menjuarai nomor ganda campuran Dutch Open Junior dan runner-up German Open Junior 2009 bersama pasangannya Muhammad Ulinnuha. "Target utama saya setelah ini adalah mengejar kemampuan pemain-pemain senior di Pelatnas," lanjut Jenna dengan optimis.



Sementara pasangan Jenna Gozali di ganda campuran, Muhammad Ulinnuha juga merupakan pemain yang berprestasi cemerlang dinomor ganda putra bersama Berry Anggriawan. Ulinnuha dan Berry yang sama-sama lolos seleknas merupakan runner-up kejuaraan dunia yunior tahun lalu disamping juara Dutch Open Junior dan German Open Junior 2009. Di level nasional, Ulinnuha/Berry sempat menjuarai Sirkit Nasional Jawa Barat 2009 meskipun tampil dikelompok umur diatasnya yakni ganda dewasa putra. Kesempatan menjadi anggota tim nasional menambah motivasi tersendiri baik bagi Jenna, Ulinnuha dan Berry.



Demikian pula dengan pasangan ganda putra Rahmat Adianto/Andrei Adistia merasakan kebanggaan yang sama dengan rekan-rekannya. "Saya mengetahui kabar gembira ini pertama kali dari salah seorang keluarga saya yang membaca dari sebuah surat kabar," cerita Andrei. "Perasaannya senang bisa masuk Pelatnas. Apalagi ini merupakan cita-cita saya sejak kecil. Mudah-mudahan bisa menjadi pemain kelas dunia dan menjuarai turnamen sekelas super series," lanjut Andrei. Andrei menargetkan menjadi juara dimanapun turnamen yang akan diikutinya.



Bunga harapan dari talenta-talenta muda asal klub PB Djarum ini segera dipupuk dengan pelatihan ala Pelatnas. Semoga asa itu tidak layu sebelum terkembang dan membawa bulutangkis Indonesia kembali berjaya. (HK)


Sumber : http://www.pbdjarum.com/news/view/472



Thursday, March 25, 2010

Peringkat Terbaik Indonesia Menjadi Milik Febe

Jum'at, 19/03/2010 | 09:05 WIB


Pemain muda klub PB Djarum mengukuhkan dirinya sebagai pemain indonesia diposisi tertinggi dalam peringkat BWF untuk tunggal putri. Rilis terbaru yang diumumkan BWF kemarin (18/03), Febe menempati peringkat ke-18 dunia dibandingkan sebelumnya di peringkat ke-22. Menyusul Firdasari yang berada diperingkat ke-24, Fransiska Ratnasari (31), Maria Kristin (53) dan Lindaweni Panetri (86). Keberhasilan Febe menembus dua puluh besar dunia merupakan buah dari keberhasilan melaju ke babak perdelapan final All England pekan lalu.


Maria  FebeSelain itu, Prestasi Febe cukup mencuat dalam satu tahun terakhir dimana ia mampu menjadi juara di Australian Open Grand Prix 2009, runner-up New Zealand Open Grand Prix 2009 dan menjadi satu-satunya tunggal putri Indonesia yang bertahan dibabak delapan besar Indonesia Open Super Series 2009. Bahkan bulan Februari lalu, Febe sudah mendapat kepercayaan memperkuat tim putri Indonesia di kualifikasi Piala Uber. Ia diturunkan sebagai tunggal kedua setelah Firdasari Adriyanti. "Saya ingin bercita-cita tampil diturnamen besar seperti Piala Uber," ujar Febe dalam sebuah kesempatan wawancara. Dengan peringkat yang dimilikinya maka bukan hal yang mustahil baginya untuk terpilih kembali.


Sementara itu, China masih menjadi penguasa dinomor tunggal putri dimana enam pemain mereka masuk peringkat "Top Ten" yaitu Wang Yihan (peringkat 1), Wang Lin (2), Wang Xin (3), Jiang Yanjiao (4), Lu Lan (7) dan Wang Shixian (9). China juga menjadi pemuncak peringkat ganda putri melalui Du Jing/Yu Yang. Malaysia mempertahankan posisinya di dua nomor yakni tunggal putra atas nama Lee Chong Wei dan ganda putra oleh pasangan Koo Kean Keat/Tan Boon Heong. Sedangkan Indonesia tetap menempatkan pasangan Nova Widianto/Lilyana Natsir di peringkat nomor wahid dunia. (HK)

Sumber : http://www.pbdjarum.com/news/view/457


Tuesday, March 23, 2010

Player of The Month (Februari 2010)

Fransiska Ratnasari : Raih Gelar Internasional ketiga bersama PB Djarum


Fransiska Ratnasari membayar kepercayaan klubnya dengan meraih gelar juara pada turnamen bulutangkis Austrian International Challenge yang berlangsung di kota Vienna 24-27 Februari 2010. Ini merupakan gelar internasional ketiga sejak pemain yang akrab dipanggil Nana ini bergabung dengan PB. Djarum. Tahun lalu, Nana memenangkan Indonesia Challenge dan Vietnam Open Grand Prix. "Setelah keluar dari pelatnas dan akhirnya bergabung dengan Djarum, saya bisa lebih bisa berprestasi, dan saya berterima kasih kepada PB Djarum yang masih memberikan kesempatan ke saya untuk terus berprestasi," ungkap Nana dalam sebuah wawancara.


Kemenangannya difinal Austrian International Challenge merupakan catatan prestasi tersendiri karena menundukkan unggulan utama, Petya Nedelcheva (Bulgaria). Pemain Bulgaria tersebut menghuni peringkat ke-15 dunia bahkan sempat menghuni peringkat dua belas. Bandingkan dengan Nana yang berada diposisi ke-42 pada peringkat terbaru yang dikeluarkan BWF. Kemenangan Nana di final tidak dicapai dengan mudah melainkan dengan perjuangan yang keras. Meskipun lawan lebih diunggulkan, Nana tidak gentar dalam mengawali pertandingan dengan memimpin paruh set pertama 11-8. Nana terus memimpin perolehan angka sampai menutup set ini 21-15. "Set pertama Petya banyak mati sendiri," ungkap Nana.


Di set kedua, Nana sempat unggul 18-17 tetapi Petya tidak mau menyerah dan berbalik unggul 21-18. "Di set kedua, lawan melakukan serangan secara agresif sementara saya bermain lambat. Akibatnya permainan saya dikontrol lawan," tutur Nana. Pertandingan harus dilanjutkan dengan perpanjangan set dimana terjadi kejar mengejar poin sampai 5-5 diawal set. Tetapi Nana tidak mau kecolongan lagi dengan terus memimpin 11-6, kemudian 19-11 dan akhirnya menutup set dengan 21-14. "Di set terakhir saya ajak dia main reli. Saya bermain sabar karena melawan pemain opensif seperti dia harus sabar."


Turnamen Austrian International Challenge ini juga merupakan ujian fisik bagi Nana. Dalam sehari dia harus bermain dua kali. Sebelum partai final, Nana melakoni babak semifinal di pagi harinya menghadapi unggulan kedua, Susan Egelstaff (Skotlandia). Nana menang dua set langsung 21-14 dan 21-14. Demikian juga dengan sehari sebelumnya (26/02), Nana memenangkan babak perdelapan final dari pemain tuan rumah Simone Prutsch 21-9 dan 21-15 dalam waktu 25 menit. Kemudian babak perempat final dihari yang sama mengalahkan putri negeri Sakura, Naoko Fukuman (Jepang) dengan skor 21-10 dan 21-16. Hanya di hari pertama saja (25/02), Nana melakoni satu pertandingan yang ia menangkan dari pemain Rusia, Ksenia Polikarpova 21-12 dan 21-10.


Kemenangan atlet tunggal putri kelahiran Sleman, 2 Oktober 1986 ini menjadi modal semangat baginya untuk terus berprestasi. Pekan berikutnya Nana akan bertanding di turnamen German Open Grand Prix. Teruslah berprestasi Nana. (HK)


Sumber : http://www.pbdjarum.com/playermonth/view/5


Player of The Month (Januari 2010)

Riyanto Subagja


Riyanto Subagja berhasil menunjukkan kemampuannya sebagai pemain taruna terbaik Indonesia saat ini setelah memenangkan tunggal taruna putra kejuaraan nasional (Kejurnas) yang berlangsung di Surabaya 26-30 Januari 2010. Pemain yang diunggulkan di tempat pertama tersebut memulai babak pertama dengan kemenangan bye. Kemudian babak kedua, Riyanto yang memperkuat provinsi Jawa Tengah ini mengalahkan wakil Lampung Tungky Ariwibowo 21-8, 21-6. Berikutnya mengalahkan Rian Abdul Hamid (Riau) 21-13, 21-12 disusul Agi Hariawan (Jawa Timur) 21-12, 21-17. Tantangan berat dihadapi ketika menghadapi Subhan Hasan (DKI) yang menyebabkan Riyanto sempat kehilangan set pertama 16-21. Dengan keperkasaannya Riyanto membalikkan keadaan dan memenangkan set berikutnya 21-18 dan 21-17.


Dua wakil Jawa Barat berhasil ditundukkan Riyanto dibabak semifinal dan final. Alrie Gunadharma dikalahkannya disemifinal dengan skor 21-12 dan 21-14. Puncaknya Riyanto menang dari Andre Marteen 22-20 dan 21-11. "Sebagai unggulan utama ada sedikit beban, tetapi saya sudah bersiap baik menang maupun kalah sehingga beban tersebut tidak berpengaruh pada permainan," ungkap Riyanto. Dengan permainan yang lepas, semua kemampuan terbaik Riyanto dapat dikeluarkannya.


Sosok Riyanto Subagja

Pemain kelahiran Jakarta pada 28 April 1993 ini memiliki tipe permainannya agresif. Prestasinya mulai mengkilap sejak bergabung dengan klub bulutangkis PB. Djarum Kudus pada akhir tahun 2006. Berbagai gelar juara berhasil dikoleksinya antara lain Tangkas Alfamart Junior International Challenge 2009, Djarum Sirkuit Nasional (Sirnas) Bali 2009, dan Sirnas Kalimantan tahun 2007 dan 2009.


Bulan Juni tahun lalu disaat usia baru 16 tahun, Riyanto berhasil menjadi juara di turnamen kelompok dewasa pada Auckland International. Bahkan situs turnamen memberikan pujian kepada Riyanto yang difinal mengalahkan pemain senior terbaik yang dimiliki tuan rumah Selandia Baru, Joe Wu.


Dengan sederet prestasinya itu diharapkan Riyanto dapat menjadi tulang punggung bulutangkis Indonesia di masa mendatang. Sangatlah pantas kalau Riyanto juga diharapkan berhasil pada tiga turnamen yunior bergengsi kejuaraan Asia yunior (Maret 2010), Dunia yunior (April 2010) dan Olimpiade Remaja (Youth Olympic I) di Singapura, Agustus 2010. Semoga Riyanto semakin berprestasi (HK)


Sumber : http://www.pbdjarum.com/playermonth/view/4


Player of The Month (Desember 2009)

Dionysius Hayom Rumbaka


Masa Depan Tunggal Putra Indonesia


Berbicara sektor tunggal putra, Indonesia pernah memiliki stok pemain yang berkualitas yang melimpah. Sebagai contoh era 90-an Indonesia memiliki tujuh pendekar hebat yaitu Alan Budi Kusuma, Ardy. B. Wiranata, Joko Suprianto, Hermawan Susanto, Fung Permadi, Bambang Suprianto dan Hariyanto Arbi. Namun dalam beberapa tahun belakangan ini, Indonesia hanya tertumpu pada Taufik Hidayat, Sony Dwi Kuncoro, dan Simon Santoso. Indonesia bak kesulitan mencari pelapis mereka.


Di tengah kegamangan tersebut, muncullah Dionysius Hayom Rumbaka. Pemain muda berusia 21 tahun dengan postur 182 cm ini bermain secara ofensif (menyerang) dan memiliki senjata andalan smes keras dan permainan net yang baik. Gaya permainannya Hayom tersebut mengingatkan kita kepada pemilik julukan "Smash 100 watt" Hariyanto Arbi.


Pemain klub PB Djarum ini, mulai mengumpulkan prestasi internasional tahun 2009 ini. Gelar pertamanya di Banuinvest International Series, Romania Maret silam ia akui sebagai pengalaman paling berkesan karena itulah gelar juara pertama internasional pertamanya. Dua gelar juara pertama lainnya ia capai setelahnya, di Australia Open Grand Prix dan Indonesia Challenge.


Hayom yang berperingkat 30 dunia per rilis BWF 24 Desember 2009 ini, terlihat mumpuni saat bertanding di tiga turnamen secara beurutan dalam tiga minggu bulan Juli sampai Agustus lalu. Di mulai dari turnamen sekelas Australia Open Grand Prix. Di babak semifinal, Hayom berhasil mengandaskan pemain nomor satu Hongkong sekaligus unggulan utama, Chan Yan Kit dengan skor 16-21, 21-13 dan 21-18, lalu mengalahkan mantan pemain Pelatnas, Alamsyah Yunus, di final dengan dua set langsung, 21-17 dan 21-18.


Meskipun sedikit terseok di New Zealand Open -ia tumbang di babak kedua, namun Hayom kembali menunjukkan prestasi di depan publiknya sendiri dengan menjuarai Indonesia Challenge yang berlangsung di stadion Tenis Indoor Senayan, Jakarta. "Ikut tiga turnamen berturut-turut merupakan ujian fisik bagi saya,"ungkap Hayom seusai menjuarai Indonesia Challange.


Melihat perkembangan prestasinya, Hayom dicoba ikut turnamen yang level Superseries dan Grand Prix Gold. Ketika turun di Hongkong Open Superseries, Hayom membuat prestasi gemilang dengan keberhasilan masuk babak perempat final. Walaupun tenaganya sudah terkuras karena harus bermain dua kali dibabak kualifikasi tetapi Hayom membuat kejutan dibabak utama dengan menumbangkan unggulan delapan, Bonsaak Ponsana 22-20, 21-19. Kemudian dibabak kedua mengalahkan pemain nomor satu Taipei yang peringkatnya diatas Hayom, Yu Hsin Hsieh 21-13 dan 21-9. Sayang kiprahnya terhenti oleh pemain bintang China, Bao Chunlai. Prestasi teranyar dipenghujung 2009, Hayom berhasil menmpati runner-up India Open GP. Peluang untuk juara terhenti oleh unggulan utama asal India, Chetan Anand.


Pemain kelahiran Kulon Progo, 22 Oktober 1988 ini mulai bermain bulutangkis di sekitar rumahnya dengan teman-temannya. Melihat bakat Hayom, seorang kerabat memasukkan Hayom ke klub kecil di Sleman. Ketika duduk di kelas 6 SD, Hayom kecil pindah ke Tasikmalaya sebelum akhirnya kembali ke Yogyakarta dua tahun kemudian dan berlatih di Kota Gudeg ini.


Talenta Hayom pun akhirnya terpantau oleh klub Djarum saat Hayom duduk di kelas 1 SMU, dan pada 1 April 2005, tekad Hayom untuk meniti karir diperkukuh dengan bergabungnya ia ke dalam klub yang telah melahirkan banyak jagoan bulutangkis Indonesia tersebut.


Kini Hayom berharap masuk Pelatnas dengan harapan dapat turut serta di turnamen besar seperti Thomas Cup. Ketika ditanya mengenai kemungkinan kesempatan bertanding akan lebih sedikit dibanding yang didapatnya saat ini di klub Djarum, Hayom mengatakan, "Kalau kita punya standar permainan dan rangking yang baik mungkin kita sering dikirim. Ini tergantung hasil latihan dan pertandingan dari kita juga.".


Penggemar opor ayam dan pecel lele ini menargetkan untuk berprestasi di turnamen sekelas Grand Prix.

"Saya berharap terus dapat menambah pengalaman bermain di Grand Prix Gold dan superseries serta mengalahkan pemain-pemain kelas dunia", ungkap Hayom tentang harapannya.


Ia juga mengaku harus meningkatkan fisiknya lebih baik lagi karena pemain dengan tipe penyerang seperti Hayom memang membutuhkan stamina dan tenaga lebih.

"Saya juga harus lebih menguatkan kaki agar lebih tahan dan kuat di lapangan,", tukasnya.

Untunglah Hayom tidak memiliki kendala cedera sampai saat ini. Semua latihan ia lahap dengan tekad bisa berprestasi tingkat dunia seperti idolanya, Taufik Hidayat dan Bao Chunlai. (HK/YEW)


Sumber : http://www.pbdjarum.com/playermonth/view/3



Bintang Djarum 2009 Bagian 8


Febby Angguni: Pemain Ulet Langganan Juara


Pemain yang akan merayakan ulang tahunnya yang ke-19 bulan depan ini mengawali karier bulutangkisnya karena hobi. Saat itu Febby kecil masih berusia delapan tahun. Setelah merasa nyaman dengan hobinya tersebut, lalu ia lebih serius untuk menekuni yang akhirnya kemudian menjadi jalan hidupnya. Perjalanan karirnya tersebut mengantarkannya bergabung di klub pencetak para bintang bulutangkis, PB. Djarum pada tahun 2004. Pemain yang dikenal ulet dalam permainan ini semakin terpoles di klub yang berlokasi di kota Kudus tersebut.


Febby meraih gelar Internasional pertamanya ketika ia menjadi juara turnamen U-16 Asian Junior Championship (Southeast Asia Region) yang berlangsung di Brunei pada tahun 2006. Pemain yang gemar melahap Ikan Gurame bakar ini menambah koleksi juaranya ketika kembali meraih gelar juara tunggal putri pada kejuaraan Yonex Sunrise Malaysia International Challenge 2008. Di Final, Febby mengalahkan pemain Korea Selatan Hee Bae Sung dengan 22-20, 21-17


Prestasi Febby di tahun 2009 semakin berkilau. Di tingkat nasional, Febby menjadi langganan juara tunggal putri. Dibulan Mei 2009 lalu, Febby berhasil menjuarai Indocock Surabaya Open setelah mengalahkan rekan seklubnya sekaligus unggulan utama , Rosaria Yusfin Pungkasari dibabak final dalam pertarungan tiga set 18-21, 22-20 dan 21-14. Dua pekan berikutnya, Febby menyabet gelar juara Sirkuit Nasional (Sirnas) DKI setelah kembali mengalahkan Rosaria di final 22-24, 21-10 dan 21-12. Febby melanjutkan prestasinya di Sirnas dengan menjurai Sirnas Jateng dan Sirnas Sulawesi serta semifinalis sirnas Jatim. Di Sirnas Jateng, Febby mengalahkan rekannya yang lain, Ana Rovita 19-21, 21-17 dan 21-17. Uniknya pada sirnas Jateng, empat tempat semifinal tunggal putri dewasa dikuasai oleh putri-putri Djarum. Selain Febby dan Ana, semifinalis lainnya adalah Maria Elfira dan Rosaria. Pada Sirnas penutup tahun ini di Makasar, Sulawesi Selatan, Febby menyelesaikannya dengan baik setelah menundukkan Ana Rovita dibabak akhir dengan 22-20 dan 21-12.


Perkasa di tingkat nasional bukan berarti tidak punya catatan prestasi di tingkat Internasional. Tahun 2009, Febby menjuarai Auckland International setelah menang dari Kristina Ludikova (Ceko) 21-10, 21-10 di semifinal dan Rosaria di final dengan 21-15 dan 21-16. Selain itu pada ajang kejuaraan Asia Yunior, Febby berhasil menembus babak semifinal sebelum tertahan pemain Taipei, Tai Tsu Ying 21-19, 8-21 dan 25-27.


Febby sebagaimana sebagian besar atlet lainnya, bercita-cita untuk menjadi juara dunia dan juara olimpiade. Pemain bertinggi badan 162 ini juga hobi jalan-jalan dan dengan menjadi atlet bulutangkis, kesempatan untuk jalan-jalan sambil berkarier terbuka lebar.

Febby selalu beranggapan bahwa tidak ada lawan paling sulit dikalahkan kecuali dirinya sendiri. Namun si penyuka film Garfield dan Harry Potter ini mengakui bahwa atlet-atlet dari negeri Asia Timur seperti Korea dan China selalu menjadi lawan tangguhnya di lapangan dalam permainan tepok si bulu angsa. Dia pun berandai-andai jika dirinya tidak menekuni dunia bulutangkis, kemungkinan besar dirinya akan menjadi seorang wiraswasta dan mempunyai usaha sendiri. (hk,ar,ir, yew)


Sumber : http://www.pbdjarum.com/artikel/view/82/1


Bintang Djarum 2009 Bagian 7


Rendy Sugiarto : Sang Juara Asia Yunior


Dengan arahan orang tuanya, Iman Sugiarto dan Herrawati Koesoemo untuk menggeluti dunia bulutangkis memang tidak salah. Rendy Sugiarto, pemuda kelahiran Banyumas, 16 Agustus 1991 ini tercatat mencetak prestasi yang patut dibanggakan di tahun 2009. Menjuarai Badminton Asia Youth Under 19 Malaysia 2009 menjadi bukti bahwa Rendy adalah salah satu atlet potensial yang dapat menjadi tonggak prestasi Indonesia di bulutangkis internasional masa depan. Rendy Sugiarto yang berpasangan dengan Angga Pratama mengalahkan unggulan pertama Yew Hong Keng/ Yao Han Ow (Malaysia) difinal 21-15, 21-16. Kemenangan Rendy/Angga menjadi non-china satu-satunya yang meraih gelar, setelah China menjuarai empat nomor lainnya.


Pemuda bertinggi 180cm ini kembali berpasangan dengan Angga pada Kejuaraan Dunia Yunior 2009. Sayang mereka terhenti dibabak semifinal oleh pasangan Malaysia, yang kemudian menjadi juara Kah Ming Choi/Yao Han Ow 21-13, 15-21 dan 18-21.


Menggeluti bulutangkis dari usianya yang ke lima, Rendy diarahkan orang tuanya untuk bergabung dengan PB Kartika di Purwokerto hingga tahun 2002, Rendy berhasil bergabung dengan PB Djarum, namun ia hanya bertahan satu tahun. "Dulu waktu saya awal di Djarum itu, saya masih kecil jadi sering ingat orang tua" ungkapnya melalui salah satu fasilitas ngobrol online.


Anak ketiga dari tiga bersaudara ini memang tak main-main dengan bulutangkis. Setelah tidak lagi berlatih di PB Djarum pada saat itu, Rendy kembali ke klub lamanya yaitu PB Kartika hingga tahun 2007, kemudian ia berhijrah ke PB Ratih sebelum akhirnya kembali bergabung dengan PB Djarum pada awal tahun 2009. Keseriusannya berlatih pun terbayar sudah, impian untuk bisa masuk ke tim nasional dan memperkuat negara seperti yang selalu di idamkan hampir semua atlet menjadi kenyataan, April 2009 pun Rendy resmi menjadi squad merah putih dan menjadi penghuni pelatnas pratama (saat itu di Magelang)


Dengan catatan yang cukup gemilang sepanjang 2009, Rendy pun memasang target untuk bisa lebih baik di tahun 2010, "target saya tahun 2010, bisa mengikuti kejuaraan challenge, grand prix,syukur kalau bisa superseries" ungkapnya.


Jadwal latihan yang padat dan rutinitas yang hampir sama setiap hari, Ucil, begitu ia akrab disapa rekan-rekannya, selalu menyempatkan diri untuk berjalan-jalan ke mall "yah, kalau lagi jenuh paling cuma ke mall aja, terus maen play station deh". (IR/hk/ yew)


Sumber : http://www.pbdjarum.com/artikel/view/80/1



Bintang Djarum 2009 Bagian 6


Fran Kurniawan : Penakluk Juara Olimpiade


Pemuda kelahiran Palembang 24 tahun lalu mengawali karirnya di dunia bulutangkis saat menginjak usia 12 tahun. Dengan tubuh tinggi menjulang sekitar 180 cm Fran Kurniawan mempunyai deretan prestasi yang mengesankan. Sebelum menginjakkan kakinya menjadi pasukan pelatnas Cipayung, lelaki penggemar pempek ini bermain di dua nomor. Berpasangan dengan Rendra Wijaya, sempat beberapa kali mencicipi menjadi juara, begitu juga saat bermain ganda campuran dengan Shendy Puspa Irawati. Bahkan Fran Kurniawan / Shendy Puspa irawati sempat bercokol di peringkat 15 Dunia untuk ganda campuran.


Atas prestasi inilah, PBSI memanggil kembali Fran untuk bergabung ke pemusatan latihan Nasional awal tahun 2009. Bulan-bulan pertama bergabung di Pelatnas, Fran tidak mempunyai pasangan tetap. Shendy yang merupakan pasangan mainnya saat di klub Djarum dikonsentrasikan pada sektor ganda putri. Akhirnya pada bulan Maret lalu, Pelatih memutuskan untuk menggandengkan Fran Kurniawan dengan Pia Zebadiah Bernadeth, yang saat itu memilih untuk beralih dari pemain tunggal ke pemain ganda campuran. Hasilnya tidak terlalu mengecewakan. Bermain untuk pertama kalinya pada saat mereka digabungkan, mereka langsung melesat menjadi finalis pada kejuaraan Vietnam Challenge 2009. Mereka hanya kalah dari Tantowi Ahmad / Richie Puspita Dilli di babak final.


Untuk lebih meningkatkan lagi performa mereka berdua, PBSI menggenjot Fran dan Pia ke turnamen yang lebih tinggi tingkatannya. Djarum Indonesia Open Super Series 2009 menjadi laga perdana mereka di turnamen berkategori Superseries. Meski harus merangkak dari babak kualifikasi, penggemar film naga bonar 2 ini akhirnya hanya baru bisa berbicara hingga babak kedua.


Kemudian Fran/Pia meraih gelar pertama mereka sebagai pasangan baru direbut pada saat menjadi juara ganda campuran di New Zaeland Grand Prix 2009 yang berhadiah total USD 50.000. Unggulan pertama asal Hongkong, Yohan Hadikusuma/ Hoi Wai Chai berhasil mereka tundukkan di final dengan skor 21-13 dan 21-19.


Penampilan terbaik Fran - Pia di tahun 2009 di ajang Super Series adalah pada saat kejuaraan Hongkong Super Series 2009. Saat itu Fran - Pia mampu menumbangkan peraih medali emas Olimpiade Beijing 2008 Lee Yong Dae / Lee Hyo Jung hanya dengan dua set langsung. Meski akhirnya mereka harus mengakui senior mereka Hendra AG / Vita Marisa di babak perempat final.


Fran masih menaruh harapan besar pada prestasinya di masa yang akan datang. Mimpinya untuk menjadi juara dunia serta menjadi pemain nomor satu dunia akan menjadi penyemangat untuk mewujudkan cita-citanya. (AR/hk/yew)


Sumber : http://www.pbdjarum.com/artikel/view/78/1



Bintang Djarum 2009 Bagian 5

Bintang Djarum 2009 Bagian 5

Muhammad Ulinnuha dan Berry Angriawan : Talenta Siap Berkibar


Talenta pebulutangkis berbakat selalu hadir bumi nusantara. Diantara talenta tersebut terdapat pada pasangan ganda putra yunior, Muhammad Ulinnuha/Berry Angriawan. Kedua pemain spesialis ganda ini diprediksi tinggal menunggu waktu untuk tampil di jenjang level dunia senior. Sederet prestasi nasional dan internasional telah diukir. Di tahun 2009, Ulinnuha yang kelahiran Solo, 5 September 1991 dan Berry kelahiran Sukabumi, 3 Oktober 1991 ini seharusnya masih di level yunior tetapi berhasil menjuarai beberapa turnamen level senior disamping level yunior .


Awal tahun, Muhammad Ulinnuha/Berry Angriawan memulai debut dengan menjuarai turnamen bulutangkis Pertamina Open II pada sektor ganda taruna putra. Kemudian klubnya, PB Djarum memberikan program tur Eropa pada akhir Februari sampai minggu pertama Maret 2009 sekaligus tur internasional pertama bagi mereka. Hasilnya Ulinnuha/Berry mengumpulkan dua gelar juara dari dua turnamen. Gelar pertama diraih Ulinnuha/Berry pada turnamen Dutch Junior 2009 setelah mengalahkan unggulan ketiga Sylvain Grosjean/ Sam Magee (Perancis/Irlandia) 21-18 dan 21-19. Pekan berikutnya Ulinnuha/Berry kembali menjuarai German Junior 2009 setelah mengalahkan pasangan yang sama difinal Dutch Junior dengan skor 21-16 dan 21-10. Disamping itu Ulinnuha sendiri menggenapkan gelarnya dengan menjuarai ganda campuran Dutch Junior berpasangan dengan Jenna Gozali. Di final Ulinnuha/Jenna mengalahkan pasangan Malaysia, Iskandar Zulkarnaen Zainuddin/Jing Yi Tee 14-21, 21-13 dan 22-20. Namun di German Junior, Ulinnuha/Jenna harus puas dengan posisi runner-up setelah ditaklukkan pasangan Korea, Ji Wook Kang/ Hye In Choi 20-22 dan 17-21.


Sepulang dari tur Eropa, pasangan Ulinnuha/Berry mulai diikutkan pada turnamen kelompok senior atau dewasa. Juara sirkuit nasional Jawa Barat dan runner-up sirkuit nasional DKI menjadi ajang prestasi Ulinnuha dan Berry di nomor ganda putra dewasa. Pada Sirnas DKI, Ulinnuha/Berry dikalahkan mantan pasangan Pelatnas, Syarif Sahmmi/Krisna Adi dalam pertarungan ketat dengan skor 21-19, 15-21 dan 14-21. Kemudian Ulinnuha/Berry meraih juara Sirnas Jawa Barat setelah mengalahkan Ricky Widianto/Komang 18-21, 21-10 dan 21-18 di babak final.


Sukses dikelompok senior dalam negeri, PB Djarum mengirimkannya bertanding di luar negeri. Turnamen Auckland International (17-21 Juni) dan Laos International Challenge (28 Juli-1 Agustus). Kedua turnamen berhasil dijuarai Ulinnuha dan Berry di sektor ganda putra. Pada final Auckland, Ulinnuha/Berry mengalahkan rekannya seklubnya Didit Juang/Seiko Wahyu 21-14 dan 21-19. sedangkan di Laos, mereka menundukkan pasangan tuan rumah Chanda Vanhvilay/Yothin Latsavong 21-12, 21-11. Sementara di nomor ganda campuran, Ulinnuha bersama Jenna Gozali menjadi semifinalis di Auckland dan runner-up di Laos.


Puncak prestasi pasangan ini ketika menembus final ganda putra kejuaraan dunia yunior 2009. Meskipun tidak diunggulkan Ulinnuha/Berry mengandaskan unggulan asal Thailand Tin D Caballes/Nipithong Puangphuapet di semifinal dengan skor 21-19 dan 21-15. Sayang di final mereka dihentikan unggulan lainnya dari Malaysia, Kah Ming Chooi/Yao Han Ow 21-19, 12-21 dan 21-23. Tahun depan, Ulinnuha yang sempat menjadi bintang iklan turnamen Indonesia Open ini, baru berusia 19 tahun. Begitu pun dengan Berry. Dengan demikian masih satu tahun lagi buat mereka di level yunior (taruna), tetapi dengan prestasinya Ulinnuha dan Berry sudah layak untuk terus mencoba level senior. Mudah-mudahan tahun 2010 prestasi mereka semakin berkembang. (HK, YEW)


Sumber : http://www.pbdjarum.com/artikel/view/77/1


Bintang Djarum 2009 Bagian 4


Maria Febe Kusumastuti : Pemain Putri Berprestasi


Maria Febe Kusumastuti menjadi salah satu pemain tunggal putri Indonesia paling berprestasi sepanjang tahun 2009 ini. Prestasinya tergolong stabil ditengah krisis prestasi pemain tunggal putri Indonesia. Febe merupakan satu-satunya pemain tunggal putri Indonesia yang bertahan hingga babak perempat final Djarum Indonesia Open Super Series 2009. "Ya.. saya senang sekali sekaligus saya juga bisa membalas dengan kemenangan melawan Pi Hongyan," tutur Febe yang tahun sebelumnya kalah dari Pi Hongyan pada turnamen yang sama lewat pertarungan ketat.


Keberhasilan prestasi Febe tahun ini ditandai dengan raihan gelar juara Australia Open Grand Prix, Juli 2009 setelah mengalahkan unggulan utama Yip Pui Yin (Hongkong) di babak finaldengan skor 21-18 dan 21-19. Seminggu kemudian Febe kembali masuk final turnamen New Zealand Open kendati hanya meraih posisi runner-up setelah kalah dari unggulan tiga Sayaka Sato (Jepang). Penghujung tahun ini, Febe menembus semifinal India Open GP meskipun kemudian gagal ke final setelah ditaklukkan pemain tuan rumah, Aditi Mutatkar. Sekarang Febe berada di peringkat 27 dunia per 27 Desember 2009 atau kedua terbaik Indonesia setelah Adriyanti Firdasari yang berada di peringkat 16.


Febe kelahiran Boyolali, 30 September 1989 ini mengaku kenal bulutangkis dari orang tuanya. "Saya sering berganti-ganti klub, mulai dari klub di Boyolali lalu pindah ke Solo. Saya sering mengikuti pertandingan-pertandingan kecil dan sirkuit dengan prestasi lumayan. Dari pertandingan-pertandingan tersebut, saya dipantau klub Djarum dan kemudian ditawari bergabung ," Kenang Febe ihwal perjalanan karirnya. Di klub yang banyak melahirkan bintang bulutangkis dunia ini, kemampuan pemain yang gemar musik ini semakin mengkilap.


Pemain yang mengidolakan Taufik Hidayat ini, memfokuskan diri sepenuhnya di sektor tunggal walaupun pernah berprestasi baik di nomor ganda. "Dulu pernah main ganda saat pemula B karena waktu itu prestasi di ganda lebih menonjol bahkan pernah mendapat peringkat satu nasional kelompok pemula. Sedangkan di tunggal hanya peringkat 5 besar. Waktu itu mau pindah ke ganda tetapi dilarang sama papa karena prestasi tunggal masih termasuk bagus." Ternyata pilihan itu tidak salah karena sinar Febe di tunggal putri semakin cemerlang.


Kini Febe memiliki peluang untuk bergabung di Pelatnas. Tentunya akan memiliki kesempatan untuk membela negara di ajang-ajang bergengsi seperti Piala Uber dan Piala Sudirman. Febe mengaku tidak khawatir akan jarang diturunkan kalau bergabung di Pelatnas dibandingkan dengan di klub Djarum. "Ya, itu merupakan resiko yang harus ditanggung. Tetapi kalau prestasi kita stabil dan matang pasti sering diberangkatkan seperti Maria Kristin dan Adriyanti Firdasari." Dengan segala tekad dan semangat kuat yang dimilikinya, mudah-mudahan prestasi Febe menjadi lebih baik tahun depan. (HK/ YEW)


Sumber : http://www.pbdjarum.com/artikel/view/76/1


Bintang Djarum 2009 Bagian 3


Dyonisius Hayom R

Dionysius Hayom Rumbaka : Masa Depan Tunggal Putra Indonesia


Berbicara sektor tunggal putra, Indonesia pernah memiliki stok pemain yang berkualitas yang melimpah. Sebagai contoh era 90-an Indonesia memiliki tujuh pendekar hebat yaitu Alan Budi Kusuma, Ardy. B. Wiranata, Joko Suprianto, Hermawan Susanto, Fung Permadi, Bambang Suprianto dan Hariyanto Arbi. Namun dalam beberapa tahun belakangan ini, Indonesia hanya tertumpu pada Taufik Hidayat, Sony Dwi Kuncoro, dan Simon Santoso. Indonesia bak kesulitan mencari pelapis mereka.


Di tengah kegamangan tersebut, muncullah Dionysius Hayom Rumbaka. Pemain muda berusia 21 tahun dengan postur 182 cm ini bermain secara ofensif (menyerang) dan memiliki senjata andalan smes keras dan permainan net yang baik. Gaya permainannya Hayom tersebut mengingatkan kita kepada pemilik julukan "Smash 100 watt" Hariyanto Arbi.


Pemain klub PB Djarum ini, mulai mengumpulkan prestasi internasional tahun 2009 ini. Gelar pertamanya di Banuinvest International Series, Romania Maret silam ia akui sebagai pengalaman paling berkesan karena itulah gelar juara pertama internasional pertamanya. Dua gelar juara pertama lainnya ia capai setelahnya, di Australia Open Grand Prix dan Indonesia Challenge.


Hayom yang berperingkat 30 dunia per rilis BWF 24 Desember 2009 ini, terlihat mumpuni saat bertanding di tiga turnamen secara beurutan dalam tiga minggu bulan Juli sampai Agustus lalu. Di mulai dari turnamen sekelas Australia Open Grand Prix. Di babak semifinal, Hayom berhasil mengandaskan pemain nomor satu Hongkong sekaligus unggulan utama, Chan Yan Kit dengan skor 16-21, 21-13 dan 21-18, lalu mengalahkan mantan pemain Pelatnas, Alamsyah Yunus, di final dengan dua set langsung, 21-17 dan 21-18.


Meskipun sedikit terseok di New Zealand Open -ia tumbang di babak kedua, namun Hayom kembali menunjukkan prestasi di depan publiknya sendiri dengan menjuarai Indonesia Challenge yang berlangsung di stadion Tenis Indoor Senayan, Jakarta. "Ikut tiga turnamen berturut-turut merupakan ujian fisik bagi saya,"ungkap Hayom seusai menjuarai Indonesia Challange.


Melihat perkembangan prestasinya, Hayom dicoba ikut turnamen yang level Superseries dan Grand Prix Gold. Ketika turun di Hongkong Open Superseries, Hayom membuat prestasi gemilang dengan keberhasilan masuk babak perempat final. Walaupun tenaganya sudah terkuras karena harus bermain dua kali dibabak kualifikasi tetapi Hayom membuat kejutan dibabak utama dengan menumbangkan unggulan delapan, Bonsaak Ponsana 22-20, 21-19. Kemudian dibabak kedua mengalahkan pemain nomor satu Taipei yang peringkatnya diatas Hayom, Yu Hsin Hsieh 21-13 dan 21-9. Sayang kiprahnya terhenti oleh pemain bintang China, Bao Chunlai. Prestasi teranyar dipenghujung 2009, Hayom berhasil menmpati runner-up India Open GP. Peluang untuk juara terhenti oleh unggulan utama asal India, Chetan Anand.


Pemain kelahiran Kulon Progo, 22 Oktober 1988 ini mulai bermain bulutangkis di sekitar rumahnya dengan teman-temannya. Melihat bakat Hayom, seorang kerabat memasukkan Hayom ke klub kecil di Sleman. Ketika duduk di kelas 6 SD, Hayom kecil pindah ke Tasikmalaya sebelum akhirnya kembali ke Yogyakarta dua tahun kemudian dan berlatih di Kota Gudeg ini.


Talenta Hayom pun akhirnya terpantau oleh klub Djarum saat Hayom duduk di kelas 1 SMU, dan pada 1 April 2005, tekad Hayom untuk meniti karir diperkukuh dengan bergabungnya ia ke dalam klub yang telah melahirkan banyak jagoan bulutangkis Indonesia tersebut.


Kini Hayom berharap masuk Pelatnas dengan harapan dapat turut serta di turnamen besar seperti Thomas Cup. Ketika ditanya mengenai kemungkinan kesempatan bertanding akan lebih sedikit dibanding yang didapatnya saat ini di klub Djarum, Hayom mengatakan, "Kalau kita punya standar permainan dan rangking yang baik mungkin kita sering dikirim. Ini tergantung hasil latihan dan pertandingan dari kita juga.".


Penggemar opor ayam dan pecel lele ini menargetkan untuk berprestasi di turnamen sekelas Grand Prix.

"Saya berharap terus dapat menambah pengalaman bermain di Grand Prix Gold dan superseries serta mengalahkan pemain-pemain kelas dunia", ungkap Hayom tentang harapannya.

Ia juga mengaku harus meningkatkan fisiknya lebih baik lagi karena pemain dengan tipe penyerang seperti Hayom memang membutuhkan stamina dan tenaga lebih.

"Saya juga harus lebih menguatkan kaki agar lebih tahan dan kuat di lapangan,", tukasnya.

Untunglah Hayom tidak memiliki kendala cedera sampai saat ini. Semua latihan ia lahap dengan tekad bisa berprestasi tingkat dunia seperti idolanya, Taufik Hidayat dan Bao Chunlai. (HK/YEW)


Sumber : http://www.pbdjarum.com/artikel/view/75/1


Bintang Djarum 2009 Bagian 2


Riyanto Subagja : Juara Turnamen Senior di Usia Belia


Untuk pemuda seusia Riyanto (16 tahun), posturnya memang tergolong jangkung dan prestasinya pun tak kalah kinclong dengan mereka yang lebih senior daripadanya. Di Auckland International, Selandia Baru Juni silam, sebagai pemain termuda di sektor tunggal putra turnamen tersebut, ia mampu menjadi juara!. Bahkan situs turnamen memberikan perhqtian khusus kepada Riyanto yang di final mengalahkan pemain senior terbaik yang dimiliki tuan rumah Selandia Baru, Joe Wu.


Siapakah Riyanto Subagja?

Lahir di Jakarta pada 28 April 1993, Riyanto yang tipe permainannya agresif ini mulai menepok bulu karena ingin bersenang-senang. "Tapi karena sering menang (kejuaraan) akhirnya ingin jadi atlet betulan," tukasnya. Kejuaraan-kejuaraan masa kecil tersebut ia lakoni pada saat bergabung dengan PB Bina Pratama saat ia masih berusia tujuh tahun. Dua tahun setelah bergabung di klub tersebut, Riyanto kecil pun mantap hidup sebagai atlet bulutangkis.


Pada akhir tahun 2006, ia bergabung dengan klub bulutangkis PB Djarum di kota Kudus, Jawa Tengah dan mulai mengecap pengalaman bertanding di luar negeri mulai dari Asia hingga Selandia Baru (New Zealand). Puncaknya adalah kemenangannya di Auckland International dengan mengalahkan beberapa pemain unggulan.


Di dalam negeri, kiprahnya terlihat menjanjikan. Ia berada di puncak peringkat nasional untuk kategori Tunggal Putra Taruna per 15/12/09. Selain itu, ia juga mengoleksi gelar-gelar dalam negeri seperti Tangkas Alfamart Junior International Challenge 2009, Djarum Sirkuit Nasional (Sirnas) Bali 2009, dan Sirnas Kalimantan tahun 2007 dan 2009.


Dengan sederet prestasinya itu, tentunya banyak yang bertanya padanya mengapa tidak masuk Pelatnas. Riyanto menjawab bahwa ia menunggu usianya cukup untuk masuk Pelatnas dewasa dan ia masih ingin mengenyam lebih banyak lagi pengalaman di klub PB Djarum


Tahun depan, Riyanto berharap mampu menjadi wakil Indonesia diajang kejuaraan Asia Yunior (Maret 2010) , Dunia Yunior (April 2010) dan Youth Olympic I di Singapura, pada Agustus 2010.

Ditanya mengenai harapan ke depannya, ia ingin menjadi juara Olimpiade. "Mungkin Olimpiade 2016, tapi siapa tahu juga sudah bisa di Olimpiade 2012," ujarnya sambil tersenyum. (DC/hk/yew)


Sumber : http://www.pbdjarum.com/artikel/view/74/1


Bintang Djarum 2009 Bagian 1


Mohammad Ahsan

Mohammad Ahsan: Harapkan Juarai Super Series dan Olimpiade


Mohammad Ahsan, Putra kelahiran Palembang, 7 September 1987 ini menyedot perhatian masyarakat Indonesia saat berpasangan dengan Hendra Setiawan untuk menggantikan Markis Kido yang sedang mengalami cedera di tengah-tengah perhelatan Piala Sudirman 2009.


Potensi permainannya mengundang decak kagum mereka yang menontonnya secara langsung di layar kaca. Dengan tinggi badan 174 cm, pecinta pempek yang biasa menjaga lini belakang lapangan ini mampu meluncurkan smes-smes keras dan tajam. Tak hanya itu, Ahsan juga tergolong benteng nan kokoh yang tidak dapat dihancurkan dengan mudah oleh smes-smes tajam lawan.


Berpasangan dengan Bona Septano -adik kandung Markis Kido- Ahsan memang menjadi harapan Christian Hadinata, Kepala Sub. Bid. Pelatnas yang tahun lalu mempersiapkan mereka untuk menjadi pelapis Markis/Hendra. Ahsan/Bona membuktikan perkataan Christian dengan masuk peringkat delapan dunia dalam daftar Federasi Bulutangkis Dunia (BWF) rilisan April 2009; meroket tinggi dari peringkat 41 dunia setahun sebelumnya.


Prestasinya tahun ini tergolong membanggakan. Gelar turnamen level atas sekelas Grand Prix Gold dijuarainya untuk pertama kali pada Bingo Bonanza Philippine Open Grand Prix 2009. Selain menjadi perempat finalis di tiga turnamen Super Series tahun ini (Perancis, All England, dan Korea), Ahsan/Bona pun pernah menundukkan pasangan-pasangan top seperti Lars Paaske/Jonas Rasmussen (Denmark); He Hanbin/Sun Junjie dan Guo Zhendong/Xie Zhongbo(China); Nathan Robertson/Anthony Clark (Inggris); Alvent Yulianto Chandra/Hendra Aprida Gunawan (Indonesia); serta Abdul Latif/Fairuzizuan Tazari (Malaysia).


Bahkan di penghujung tahun ini, Ahsan menjadi penentu kemenangan Indonesia atas Malaysia dalam perebutan medali emas SEA Games. Uniknya Ahsan mempersembahkan poin tersebut ketika dipasangkan dengan pemain senior, Nova Widianto. Kemudian dinomor ganda putra perorangan, Ahsan yang kembali bersama Bona menambah perbendaharaan medali perunggu bagi kontingen Indonesia.


Ahsan mengenal bulutangkis dari ayahnya yang sering membawanya menonton turnamen bulutangkis di kota kelahirannya sedari kecil. Disitulah ia mulai tertarik menepok bulu dan pada usia tujuh tahun memulai karirnya di klub lokal Palembang. Untuk semakin mengembangkan kepaknya, ia pun bertolak ke Jakarta seusai lulus SMP dan masuk ke sekolah olahraga Ragunan lalu berpindah ke sebuah klub di kawasan Depok. Kemudian ia bergabung dengan keluarga besar PB Djarum pada tahun 2007.


Ia mengidolakan atlet senior ganda putra berbendera Amerika Serikat kelahiran Indonesia, Tony Gunawan."Karena dipasangkan dengan siapa saja dia bisa menang," ujarnya saat diwawancara di Cipayung beberapa saat lalu. Demi menjadi penerus Tony Gunawan dan menggapai cita-citanya menjuarai turnamen Super Series dan Olimpiade London 2012 inilah ia giat menggenjot kekuatan fisik dan staminanya.

"Karena fisik dan power kami masih kurang terutama jika bermain tiga set...terlihat pada saat kami melawan pemain China dan Korea," ujarnya saat diwawancara oleh PB Djarum.

Kita tunggu gebrakan selanjutnya dari putra Palembang ini. (DC/hk)


Sumber : http://www.pbdjarum.com/artikel/view/73/1