Saturday, August 27, 2011

Lukhi/Ririn, Juara Asia Yunior 2011

PLAYER OF THE MONTH (JULI 2011)

Talenta muda PB Djarum, Lukhi Apri Nugroho dan Ririn Amelia mampu mengibarkan bendera Merah Putih di arena Kejuaraan Asia Yunior yang berlangsung di Lucknow, India. Mereka menjuarai nomor ganda campuran. Persembahan buat bumi pertiwi setelah sembilan tahun nomor ini absen memberikan gelar. Gelar juara Asia Yunior nomor ganda campuran sebelumnya dipersembahkan Markis Kido/ Lilyana Natsir pada tahun 2002.


Lukhi dan Ririn merupakan pasangan yang terhitung baru. Mereka belum genap setahun berpasangan. Namun sebelum berangkat ke India, mereka membekali diri dengan menjuarai Sirnas Jakarta dan runner-up Sirnas Bandung 2011. Prestasi itu pula membuat Lukhi yang kelahiran 20 April 1993 dan Ririn yang kelahiran 24 Desember 1993 menjadi cukup diperhitungkan sebagai salah satu ganda campuran terbaik Indonesia di kelompok taruna.


Lukhi/Ririn memulai babak pertama Kejuaraan Asia Yunior dengan kemenangan bye. Kemudian menundukkan pasangan Yatawara Damitha Bandara/Hendahewa Thili Pramodika (Srilanka) 21-9, 21-12 di babak kedua dan K Sriteja/D Sudha Kalyani (India) 21-15, 21-10 di babak ketiga. Pertarungan keras mulai mereka hadapi dibabak delapan besar. Mereka harus berjibaku tiga set untuk menaklukkan pasangan Taipei, Huang Po Jui/Wu Ti Jung dengan 21-23, 21-19 dan 21-13.


Di semi final, mereka bertemu pemain China yang sering menjadi momok bagi pemain-pemain Indonesia. Dengan tekad dan keyakinan diri, Lukhi/Ririn mampu mengalahkan Chen Zhoufu/Xiong Rui (China) dengan rubber set 21-15, 18-21, 21-14. Kemenangan ini pula diakui Lukhi dan Ririn sebagai penambah kepercayaan diri untuk menembus tembok china lainnya di babak final. Mereka bersua pasangan Pei Tianyi/Ou Dongni di partai puncak. Ou Dongni sendiri merupakan juara dunia yunior tahun 2010 di sektor ganda putri. Menghadapi lawan yang punya catatan prestasi dunia tidak mampu menggoyahkan tekad kedua talenta PB Djarum tersebut. Lukhi/Ririn berhak atas gelar Juara Asia Yunior 2011 setelah menang dengan rubber set 15-21 21-16 25-23. Derai air mata pun tidak mampu ditahan kedua pemain saat lagu Indonesia Raya berkumandang sebagi penghargaan atas gelar mereka.


Atas prestasi tersebut, Lukhi/Ririn memperoleh bonus dari klubnya PB Djarum dengan total sebesar 40 juta rupiah. Dengan prestasi ini pula, Lukhi/Ririn bertekad untuk menjadi Juara Dunia Yunior. Kejuaraan dunia yunior akan berlangsung tanggal 28 Oktober – 6 November 2011. Semoga mereka dapat mempersiapkan diri sebaik mungkin dan mencapai prestasi dambaan tersebut. (HK)

Tontowi Ahmad, Harapan Indonesia

PLAYER OF THE MONTH (JUNI 2011)

Tontowi Ahmad, pemain spesialis ganda campuran yang berpasangan dengan Liliyana Natsir mencatat prestasi yang menggembirakan bagi perbulutangkisan Indonesia. Meskipun hanya meraih posisi runner-up di namun Indonesia Open Super Series Premier tetapi sebelumnya menyabet tiga gelar berturut-turut dari turnamen yang diikutinya. Mulai dari juara India Open Super Series dan Malaysia Open Grand Prix Gold diawal bulan Mei lalu sempat jeda karena cedera yang dialami Liliyana kemudian kembali menggebrak arena Singapore Open Super Series di pertengahan bulan Juni.


Dalam dua turnamen terakhir, di Singapura dan Indonesia mereka membabat semua ganda campuran terbaik China sekaligus ganda campuran terbaik dunia. Berikut perjalanan Tontowi Ahmad bersama Liliyana Natsir dalam meraih juara di Singapura dan runner-up di Indonesia.


Babak I Singapore Open (15/06/2011)
Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir belum menemui rintangan berarti menghadapi pasangan muda China Qiu Zihan/Bao Yixin. Bao Yixin merupakan pemain putri China yang mempunyai rekam jejak bagus saat yunior. Dia adalah juara dunia yunior dan juara Asia yunior ganda campuran 2010. Namun dengan mudah Tontowi/Liliyana menang dua set langsung 21-13, 21-12. “Dari segi manapun secara teknik, Tontowi/Liliyana masih unggul dari mereka,” tutur sang pelatih Richard Mainaky seusai pertandingan.

Babak II Singapore Open (16/06/2011)
Momok bagi pemain Indonesia ketika harus berhadapan dengan pemain-pemain China berhasil didobrak Tontowi/Liliyana. Setelah di babak pertama mengalahkan pemain muda negeri tirai bambu itu, selanjutnya giliran juara All England 2011 Xu Chen/Ma Jin menjadi korban kiprah pasangan harapan Indonesia ini. “Kita memang mengincar titik lemah pasangan ini yaitu Xu Chen yang tidak cocok dengan bola-bola cepat,” ungkap Richard Mainaky saat itu. Namun sebuah kejutan, Tontowi/Liliyana mampu menang cepat dua set langsung 21-14, 21-10

Babak Perempatfinal Singapore Open (17/06/2011)
Penggemar bulutangkis pasti mengenal kehebatan seorang Lee Yong Dae. Pemain terbaik Korea yang berprestasi di ganda putra dan ganda campuran. Bahkan dia adalah peraih emas ganda campuran Olimpiade Beijing 2008 bersama Lee Hyo Jung. Namun kali ini Lee Yong Dae yang berpasangan dengan pemain top Korea lainnya Ha Jung Eun dibuat tidak berkutik oleh Tontowi/Liliyana yang menang dengan 21-14, 21-16.

“Karena Lee Yong Dae pemain berpengalaman, awalnya saya memprediksikan kalau pertandingan akan ketat, walaupun saya yakin bisa menang,” ujar Liliyana mengomentari pertandingannya.

“Pukulan-pukulan Tontowi juga akurat dan saya juga bisa jaga didepan, jadi saya dan Tontowi semakin yakin,” tambah Liliyana

Babak Semi Final Singapore Open (18/06/2011)
Mengecap rekor belum pernah menang dari pasangan nomor satu dunia Zhang Nan/Zhao Yunlei (CHN) tidak membuat gentar Tontowi/Liliyana. Meskipun sempat tertinggal 17-20 di set pertama, tetapi mereka malah berbalik menang 23-21. “Saat kita tertinggal, kita fokus, bermain nothing to lose, dan ubah strategi jadi lebih banyak menyerang,” ujar Tontowi. Akhirnya, dua kali kekalahan sebelumnya terbalaskan setelah menutup set kedua dengan 21-16

Babak Final Singapore Open (19/06/2011)
Lawan yang dihadapi di partai puncak Chen Hung Lin/Cheng Wen Hsing (TPE) relatif lebih mudah. Meskipun mereka merupakan pemain-pemain ganda papan atas tetapi prestasinya masih dibawah pasangan Indonesia. Tontowi/Liliyana merebut gelar juara setelah menang dengan 21-14, 27-25. Gelar ini merupakan yang ketiga berturut-turut dari turnamen yang diikut setelah sebelumnya juara di India Open Super Series dan Malaysia Open Grand Prix Gold. Kemenangan ini juga melonjakkan peringkat mereka menjadi peringkat ke-2 dunia dibawah Zhang Nan/Zhao Yunlei.

Babak I Indonesia Open (22/06/2011)
Ujian berat kembali harus mereka hadapi di babak awal turnamen yang berlabel super series premier ini. Mereka kembali bertemu pasangan sekelas Lee Yong Dae/Ha Jung Eun (KOR). Berbekal kemenangan pekan sebelumnya di Singapura, Tontowi/Liliyana kembali menang dengan 21-17, 21-14. “Kita ada gambaran dari permainan sebelumnya saat melawan mereka, dan kemenangan kemarin menjadi penyemangat,” kata Liliyana

Babak II Indonesia Open (23/06/2011)
Kemenangan berlanjut ketika menghadapi pasangan Jepang, Shoji Shato/Shizuka Matsuo. Mereka unggul dengan cukup meyakinkan 21-8, 21-12.

Babak Perempatfinal Indonesia Open (24/06/2011)
Pasangan kuat dari China lainnya yang menjadi juara Malaysia Open Super Series 2011, He Hanbing/Yu Yang menjadi lawan berikutnya. Tiada lawan yang tidak bisa dikalahkan telah terpatri di benak pasangan Indonesia. Meskipun menghadapi pasangan yang telah lebih dulu mapan di papan atas dunia, tidak membuat pasangan Indonesia gentar. Pasangan Indonesia ini menang atas peraih perunggu Olimpiade Beijing 2008 itu dengan 21-19, 24-22.

Babak Semi Final Indonesia Open (25/06/2011)
Pasangan Thomas Laybourn/Kamilla Rhytter Juhl sering menjadi momok bagi Liliyana Natsir ketika berpasangan dengan Nova Widianto karena selalu kalah di tiga pertemuan terakhir mereka. Namun kali ini, bersama Tontowi, membuat pasangan Denmark itu cukup terkejut.
“Kami bermain cukup baik, namun kami menghadapi pasangan yang lebih baik lagi. Liliyana bermain sedikit berbeda dibanding saat dengan Nova, dan Tontowi bermain sangat sangat bagus, dan itu menyulitkan kami,” ujar Laybourn. Tontowi/Liliyana pun menang dengan 21-15, 21-14.

“Tontowi begitu cepat dan bermain baik di depan net dan inilah yang membuat mereka sangat berbahaya,” ungkap Laybourn

Final Indonesia Open (26/06/2011)
Perjalanan melelahkan akhirnya terhenti juga. Tontowi/Liliyana belum mampu mempersembahkan gelar juara di hadapan publik Istora yang mendukungnya. Mereka kalah dari pasangan nomor satu dunia yang dikalahkan pekan sebelumnya, Zhang Nan/Zhao Yunlei (CHN) di pertarungan tiga set 22-20, 14-21, 9-21. “Di game kedua sebenarnya saya sudah bermain lepas. Namun saya emosi dengan keputusan lines man tadi, padahal bola itu seharusnya masuk,” kata Tontowi. Pelajaran penting dipetik seorang bintang baru seperti Tontowi Ahmad untuk lebih mengontrol emosi dirinya.


Pencapaian Tontowi bersama Liliyana telah membangkitkan harapan Indonesia untuk mempertahankan tradisi emas Indonesia di Olimpiade tahun depan. Semoga.

Tontowi Ahmad, Raih Gelar Super Series Pertama

PLAYER OF THE MONTH (APRIL 2011)

Tontowi Ahmad berhasil meraih gelar juara turnamen Super Series untuk pertama kali baginya di India Open Super Series 2011. Di turnamen yang berlangsung tanggal 26 April sampai 1 Mei tersebut, Tontowi Ahmad memenangkan nomor ganda campuran bersama pasangannya Liliyana Natsir. Gelar juara ini pun merupakan yang pertama bagi Indonesia di tahun ini.


Berbekal posisi unggulan keempat, Tontowi/Liliyana memulai babak pertama dengan mendapat bye. Kemudian pasangan yang baru disatukan pertengahan tahun lalu ini menghadapi pasangan Korea Gun Woo Cho/Min Seo Kim di babak kedua. Mereka menang atas pasangan negeri ginseng tersebut dengan tiga game 21-8, 16-21 dan 21-14. Di babak perempat final, Tontowi/Liliyana harus berhadapan dengan seniornya Nova Widianto/Vita Marissa. Meski sempat kalah 17-21 di game pertama, mereka mampu mengambil dua game berikutnya 21-12 dan 21-9. Kemenangan atas Nova/Vita mengantarkan mereka maju ke semi final untuk kedua kalinya di tahun ini. Sebelumnya mereka menembus babak semi final Swiss Open Grand Prix Gold bulan Maret lalu.


Di babak semi final, Indonesia menempatkan tiga pasangan sekaligus. Tontowi/Liliyana yang berhadapan dengan rekannya Muhammad Rijal/Debby Susanto. Sedangkan Fran Kurniawan/Pia Zebadiah ditantang pasangan Malaysia Peng Soon Chan/Liu Ying Goh. Cedera yang dialami Rijal membuatnya menundurkan diri sebelum pertandingan usai sehingga Tontowi/Liliyana pun menang dengan 21-17, 15-7. Sementara Fran/Pia menaklukkan pasangan negeri jiran dengan 21-12 dan 21-16.


Partai "All Indonesia Final" dimana dua atlet putranya berasal dari PB Djarum. Akhirnya Tontowi/Liliyana yang berhasil merebut gelar juara setelah mengalahkan Fran/Pia yang diunggulkan di tempat ketiga dengan 21-18 dan 23-21. Kemenangan ini merupakan peningkatan bagi mereka setelah tahun lalu baru mampu meraih juara turnamen kelas Grand Prix Gold di Macau dan Indonesia.


Kemenangan ini juga mempunyai arti penting bagi perjalanan keduanya dimana para pebulutangkis sudah memulai perburuan poin untuk bisa tampil di Olimpiade tahun depan. Dengan berbekal peringkat ke-15 dunia saat ini, mereka masih harus mengumpulkan poin demi poin untuk menjadi wakil Indonesia di ajang dunia empat tahunan tersebut. Pekan berikutnya, Tontowi/Liliyana akan kembali diuji di turnamen Malaysia Open Grand Prix Gold yang tanggal 3-8 Mei 2011. Semoga mereka kembali meraih gelar juara.

Raih Gelar Perdana di Taruna

PLAYER OF THE MONTH (MARET 2011)


PB Djarum tidak henti-hentinya mencetak pemain handal buat Indonesia. Ini terlihat dari talenta-talenta muda berbakat yang dibina nya. Ryan Fajar Satrio salah satu harapan masa depan binaan PB Djarum tersebut. Pemain kelahiran Jakarta, 4 September 1994 ini baru saja menancapkan kakinya sebagai salah satu yang terbaik di kelompok taruna dengan menjuarai Djarum Sirkuit Nasional Palangkaraya yang digelar tanggal 22-26 Maret 2011.



Keberhasilan Ryan merengkuh juara kali ini, merupakan yang pertama kali dalam kiprahnya di kelompok taruna. Ia berhasil membayar kepercayaan klubnya saat PB Djarum tidak menurunkan andalan lainnya yang menjadi langganan juara seperti Riyanto Subagja, Arief Gifar Ramadhan dan Shesar Hiren Rhustavito. Kemenangan ini sangat berarti bagi karir Ryan selanjutanya. “Akhirnya bisa menang, latihan selama ini terbayar, tetapi harus kembali latihan lagi karena masih banyak kejuaraan lain yang menunggu,” papar Ryan


Menuju Juara

Ryan yang merupakan unggulan 5/8 memulai babak pertama dengan mengalahkan Dwi Indaryanto (Pelatprov DKI Jakarta) 21-11, 21-6. Kemudian Abraham Yoga dari PB Mutiara Bandung menjadi korban Ryan berikutnya. Ryan harus berjuang tiga set untuk menang dengan 19-21, 21-15 dan 21-13. “Dia memang di game pertama terbawa tempo lawannya, jadi tertekan dan nggak bisa balik menekan,” ungkap Agung Susilo, asisten pelatih PB Djarum yang mengamati pertandingan tersebut.



Di babak ketiga, Ryan menang mudah atas Syaiful (PB Putra Seruan) 21-9, 21-9. Lawan berat kembali dihadapi Ryan dibabak perempat final. Ia menantang unggulan 3/4, Agi H.S dari PB Surya Baja. Ryan harus berjuang tiga set dan menang dengan 21-14, 15-21 dan 21-8. Babak semi final pun dimainkan dihari yang sama. Lawan yang dihadapi adalah sesama unggulan 5/8 Fikri Ihsandi (PB Tangkas Alfamart). Fikri maju ke semi final setelah mengalahkan unggulan utama dari PB Djarum Kho Henrikho Wibowo. Ryan pun berhasil membalaskan kekalahan Kho dan menang atas Fikri dua set langsung 21-18, 21-15.


Partai puncak cukup menegangkan buat Ryan. Animo besar dari penonton sempat mempengaruhinya dalam melakoni babak final melawan Setyaldi dari PB Guna Dharma. Ryan sempat mengalami kekalahan di babak pertama dengan skor 11-21. “Game pertama memang masih tegang, dan belum panas jadi banyak kehilangan angka,” papar Ryan. Gelar juara akhirnya jatuh ke tangan Ryan setelah memenangkan dua set berikutnya 21-13 dan 21-18.



Keberhasilan menjuarai Sirnas edisi perdana tahun 2011 merupakan awal yang menggembirakan buat Ryan. Namun ia bersiap untuk tantangan yang tentu semakin berat. Ryan telah berlatih kembali dan siap untuk meraih gelar berikutnya. (HK)


Sunday, March 6, 2011

Pasangan Muda Bertugas Sebagai Ganda Utama

Player of The Month (Februari 2011)
Pasangan muda Yohannes Rendy Sugiarto/Afiat Yuris Wirawan didaulat sebagai ganda utama oleh klubnya PB Djarum dalam Djarum Superliga Badminton 2011. Rendy yang saat ini berusia 20 tahun dan Afiat yang berumur 22 tahun telah menjawab tugas yang diberikan kepada mereka dengan baik. Rendy/Afiat mencatat lima kali kemenangan dari enam kali diturunkan oleh PB Djarum. Sebagai ganda utama, mereka mengalahkan ganda-ganda terbaik dari klub-klub pesaing.


Penampilan mereka pada hari pertama (20/02) diawali dengan menantang pasangan yang masing-masing sudah punya nama di pentas bulutangkis Indonesia, Bona Septano/Joko Riyadi dari klub PB Jaya Raya. Rendy/Afiat menuntaskan pertandingan dengan dua set langsung 21-15, 21-18 dan PB Djarum pun unggul 3-2 atas PB Jaya Raya. Di hari yang sama pada malam harinya, PB Djarum kembali bertarung menghadapi klub tuan rumah PB Jaya Raya Suryanaga. Namun pasangan Afiat/Rendy disimpan dan PB Djarum menurunkan pasangan Yonathan Suryatama/Rian Sukmawan sebagai ganda pertama dan Fran Kurniawan/Mohammad Ahsan sebagai pasangan tetap untuk ganda kedua. Di pertandingan kedua ini PB Djarum mengalami kekalahan 1-4 dengan satu-satunya poin dipersembahkan Fran Kurniawan/Mohammad Ahsan.

Afiat/Rendy kembali diturunkan di pertandingan hari kedua. Mereka menghadapi pemain senior PB Djarum yang memperkuat klub Musica Kudus, Sigit Budiarto/Luluk Hadiyanto. Menghadapi seniornya sendiri tampak Rendy/Afiat masih kalah mental dan pengalaman. Bertarung tiga set, Rendy/Afiat kalah 16-21, 21-17, 19-21. Namun di hari-hari berikutnya mereka mengamuk dengan membabat semua lawan-lawannya. Rendy/Afiat mengalahkan pasangan Pelatnas lainnya Ricky Karanda/Ricky Widianto 18-21, 21-18, 24-22 ketika PB Djarum berhadapan dengan klub PB Mutiara Bandung. PB Djarum pun mencatat kemenangan 4-1 atas klub dari kota Kembang tersebut.

Berikutnya, PB Djarum berhasil mengalahkan Tangkas Alfamart dengan skor tipis 3-2. Afiat/Rendy berperan menyumbang satu angka dengan mengalahkan Wahyu Nayaka/Marcus Fernaldy 15-21, 21-11 dan 21-19. Kejutan terjadi ketika PB Djarum mengalahkan favorit juara, SGS PLN Bandung yang diperkuat pemain nomor satu dunia Lee Chong Wei dan nomor dua dunia Taufik Hidayat. PB Djarum menang dengan skor 3-2. Poin yang diperoleh oleh Rendy/Afiat diperoleh setelah menundukkan duet impor SGS asal Singapura, Hendry Kurniawan Saputra/Chayurt Triyachart. Afiat/Rendy menang kembali dengan tiga set 21-17, 14-21, 21-19.

PB Djarum mengakhiri pertandingan di ajang Superliga dengan memperebutkan peringkat ketiga menghadapi klub PB. Mutiara Bandung. Kali ini, Mutiara Bandung tidak menurunkan Ricky Karanda/Ricky Widianto sebagai ganda pertama seperti pada babak penyisihan. Tetapi mereka menurunkan pasangan yang lebih kuat dan berperingkat ke-17 dunia, Tan Bin Shen/Gan Teik Chai. Namun Afiat/Rendy tidak menjadi gugup menghadapi pasangan impor dari Malasia tersebut. Bahkan pasangan muda penuh harapan ini malah meraih kemenangan straight set satu-satunya di turnamen ini. Mereka menang dengan 25-23 dan 21-17. PB Djarum pun meraih posisi juara ketiga setelah menang 3-2. Dua kemenangan lainnya dipersembahkan pasangan Fran Kuniawan/Mohammad Ahsan dan pemain muda Shesar Hiren Rhustavito.

Saat ini Afiat/Rendy masih menempati peringkat ke-46 dunia. Namun dengan semakin matangnya permainan mereka, bukan tidak mungkin mereka dapat mewujudkan cita-citanya untuk tampil di Olimpiade mendatang. Namun di depan mata, mereka akan bertarung di ajang bergengsi All England Open Super Series Premier. Di turnamen ini mereka harus bertarung terlebih dahulu di babak kualifikasi. Semoga pasangan muda ini segera menjadi salah satu kekuatan terbaik ganda Indonesia.

Pencapaian Terbaik Nomor Ganda

Player of The Month (Januari 2011)

Dua turnamen Super Series pembuka tahun 2011 di Malaysia dan Korea sudah dilaksanakan. Prestasi terbaik yang diraih atlet PB Djarum adalah semfinalis Malaysia Open melalui Mohammad Ahsan bersama pasangannya Bona Septano di nomor ganda putra. Secara keseluruhan, Indonesia belum kebagian gelar juara di kedua turnamen tersebut.

Ahsan/Bona yang bulan Desember lalu meraih gelar juara India Open Grand Prix, tampil kembali di Malaysia Open Super Series untuk meraih gelar di level yang lebih tinggi. Berbekal peringkat ke-12 dunia, mereka memulai babak pertama berhadapan dengan pasangan Jepang, Hiroyuki Endo/Kenichi Hayakawa. Ahsan/Bona berhasil mengatasi pasangan Jepang tersebut dua set langsung 21-19 dan 21-19. Di babak kedua, giliran yuniornya Rendy Sugiarto/Afiat Yuris Wirawan dikalahkan mereka dengan skor 21-16, 21-19.

Pasangan muda Korea Selatan, Kwon Yi Goo/Cho Woon Go mencoba menghadang Ahsan/Bona di babak perempat final. Namun Ahsan/Bona tampil perkasa menaklukkan lawannya tersebut dengan 21-17, 21-15. “Kita bermain lebih bagus sesuai dengan pola yang pelatih mau, yaitu, lebih cepat menyambut bola di depan,” jelas Ahsan seusai mengalahkan pasangan yang saat itu berperingkat ke-16 dunia. “Selain itu lawan tidak begitu bagus bermain depan sehingga banyak mengangkat bola.”

Kemenangan tersebut mengantarkan mereka sebagai pasangan Indonesia satu-satunya yang lolos ke semi final nomor ganda. Sementara nomor tunggal diwakili Simon Santoso dan Taufik Hidayat. Babak semifinal, Ahsan/Bona harus menghadapi pasangan China yang kemudian menjadi juara, Chai Biao /Guo Zhendong. Ahsan/Bona akhirnya terhenti setelah kalah 14-21, 15-21 dari duet kombinasi baru China itu. “Permainan kita tidak dikasih berkembang sama sekali sama lawan, dan kalah power,” ujar Ahsan mengenai kekalahannya. “Tapi itu bukan alasan. Lawan memang lebih baik, terutama yang muda [Chai Biao – red] itu smesnya kencang sekali.”

Namun kekalahan tersebut menjadi evaluasi tersendiri bagi Ahsan. “Kita perlu meningkatkan serangan dan pertahanan kita,” jelas Ahsan mengenai evaluasinya terhadap pertandingan. “Karena saat kita menyerang, bolanya dapat dikembalikan.” Namun prestasi Ahsan/Bona merupakan pencapaian yang terbaik dari seluruh pemain-pemain ganda yang tampil di dua turnamen Super Series awal tahun ini. Hasil ini juga telah meningkatkan peringkat mereka dari ke-12 menjadi ke-8 dunia. Semoga di Super Series berikutnya mereka dapat meningkatkannya menjadi gelar juara.

Hayom : Raih Gelar Penutup Tahun

Player of The Month (Desember 2010)
































Dionysius Hayom Rumbaka menutup penghujung tahun 2010 ini dengan kado manis. Gelar juara tunggal putra India Grand Prix berhasil diraihnya di bulan Desember ini. Pemain yang akrab dipanggil Hayom tersebut, berhasil menunjukkan kepantasannya sebagai unggulan utama.

Hayom memulai babak pertama India Open Grand Prix dengan mendapat bye dilanjutkan dengan menggasak pemain tuan rumah Tanishak di babak kedua dengan dua set langsung 21-14, 21-14. Di babak ketiga, giliran pemain China, Qiao Bin dibuat bertekuk lutut. Hayom menang dengan skor 21-17, 21-17. Keberuntungan sedang berpihak kepada Hayom ketika lawannya di perempat final, Aditya Elango (India) mengundurkan diri di set kedua. Sebelumnya, Hayom memenangkan set pertama dengan 21-19.

Di babak semi final, Hayom berjumpa dengan pemain India sekaligus unggulan ketiga Kashap P. Di babak perempat final, andalan tuan rumah tersebut mengalahkan pemain Indonesia lainnya Tommy Sugiarto. Namun Hayom berhasil membalas kekalahan mantan seniornya di Pelatnas itu dengan dua set langsung 21-19, 21-13. Di babak final, Hayom kembali bertemu dengan pemain yang sebelumnya mengalahkan pemain Indonesia. Suppanyu Avihingsanon dari Thailand melaju ke final dengan menumbangkan unggulan keempat Alamsyah Yunus 21-14, 23-21.

Babak perebutan gelar juara diawali dengan ketertinggalan Hayom di set pertama dengan 14-21. Namun Hayom mampu membalikkan keadaan dan meraih dua set berikutnya 21-15, 21-12. Hayom pun menutup akhir tahun 2010 dengan gelar juara.

Gelar juara ini juga melanjutkan aura kesuksesan bulan sebelumnya dimana Hayom menjadi salah satu pemain yang berperan penting atas gelar juara Kejurnas Beregu Campuran yang diraih klubnya Djarum Kudus. Hayom yang diturunkan di final saat Djarum bertemu dengan klub Tangkas Alfamart, berhasil menyumbangkan satu angka dari total skor 3-1 kemenangan Djarum. Poin dari Hayom diperoleh dengan perjuangan keras untuk mengalahkan seniornya di Pelatnas Simon Santoso dengan rubber set 21-12, 15-21 dan 21-13.

Hayom yang mengawali tahun 2010 dengan peringkat ke-30 BWF ini, kini sudah menduduki peringkat ke-19. Bahkan peringkat Hayom tersebut merupakan yang terbaik untuk pemain tunggal putra Pelatnas saat ini. Dua seniornya, Simon Santoso berperingkat ke-27 dan Sony Dwi Kuncoro berada di posisi ke-30. Namun peringkat Hayom masih kalah dari dua pemain non Pelatnas Taufik Hidayat (peringkat ke-2) dan Alamsyah (peringkat ke-18). Dengan masuk peringkat 20 besar dunia, merupakan modal yang baik buat Hayom menatap tahun baru 2011. Hayom diharapkan mampu naik level di peringkat yang lebih tinggi dan juara turnamen yang lebih bergengsi yakni Superseries. Semoga !!! (HK)